FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN
KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN SINIU KABUPATEN PARIGI-MOUTONG
Oleh :
ABDUL RAZAK
B 101 09 056
PROPOSAL
Dalam rangka penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
Universitas Tadulako
JURUSAN ILMU
ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
TADULAKO
PALU
2015
HALAMAN
PENGESAHAN
FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM
MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN SINIU KABUPATEN
PARIGI-MOUTONG
Oleh :
ABDUL RAZAK
B 101 09 056
PROPOSAL
Dalam rangka penulisan skripsi
Untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik
Universitas Tadulako
Dr. Daswati, M.Si Drs.
Nastainuddin Bolong, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua
Program Studi Ilmu Administrasi
Dr.
Daswati, M. Si
Nip.
19601230 198903 2
001
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI .............
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 6
1.3.1. Tujuan Penelitian 6
1.3.2. Kegunaan Penelitian 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR
2.1. Kajian Pustaka 8
2.1.1. Penelitian Terdahulu 8
2.1.2. Landasan Teoritis dan
Kepustakaan yang Relevan 12
2.1.2.1. Kepemimpinan 12
2.1.2.2. Fungsi
Kepemimpinan 15
2.1.2.3. Kinerja Pegawai 18
2.2. Alur Pikir 21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe dan Dasar Penelitian 23
3.1.1 Tipe Penelitian 23
3.1.2. Dasar Penelitian 23
3.2.
Definisi Konsep 24
3.3. Jenis
Data 25
3.4. Sumber
Data 25
3.5. Teknik Pengumpulan Data 27
3.6.
Instrumen Penelitian 28
3.7.
Analisis Data 28
3.7. Lokasi Penelitian 29
3.8. Waktu dan Jadwal Penelitian 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepemimpinan selalu memberikan kesan dan daya
tarik yang kuat bagi setiap orang. Tumbuh kembangnya
suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola seluruh
unsur yang terdapat dalam organisasi itu. Bagian yang paling penting dalam
sebuah organisasi adalah manusia selaku sumber daya
utama. Di organisasi inilah dibutuhkan kepemimpinan yang baik guna menggerakan dan mengarahkan
sumber daya manusia tersebut agar dapat bekerja secara maksimal, meskipun
naluri, daya nalar dan tingkat sensitifitas manusia tersebut berbeda-beda.
Pada sebuah organisasi pemerintahan, sumber
daya manusia terdiri dari pemimpin dan pegawai. Di dalam suatu organisasi, baik
itu formal maupun informal membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan
semangat pada bawahannya untuk senantiasa produktif, sebab kehadiran seorang
pemimpin dalam suatu organsasi dirasakan sangat mutlak untuk dijadikan sebagai nakhoda bagi para bawahannya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 pasal 120 Tentang Pemerintahan Daerah, maka dapat
dijelaskan bahwa Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten
dan daerah kota. Dalam pasal 126 ayat (2) di jelaskan bahwa kecamatan di pimpin
oleh Kepala Kecamatan, yang di sebut Camat. Camat di angkat oleh Bupati/Walikota atas usulan sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota dari Pegawai Negri Sipil yang memenuhi syarat. Camat menerima pelimpahan sebagai
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota dalam melaksanakan tugasnya.
Kemudian
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, dalam Pasal 14 ayat
(1) dimana Kecamatan
merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai
wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat. Sedangkan
yang dimaksud Camat atau sebutan lain adalah pemimpin
dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan kewenangan Pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.
Jabatan Camat merupakan jabatan struktural yang berada di lingkungan tingkat Kecamatan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa Camat sebagai
pimpinan tertinggi di Kantor
Camat mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan
berhasil atau tidaknya suatu wilayah
Kecamatan. Maka dari itu, sangat dibutuhkan sekali pemimpin yang berada di tingkat
Kecamatan agar mampu melakukan usaha-usaha targetnya nanti mengarah
kepada sikap profesionalisme kerja guna
mengharapkan hasil yang efektif dan efisien serta berfikir maju kedepan dan
tanggap dalam mengatasi permasalahan yang semakin lama semakin kompleks saja.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai menuju kearah profesionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan
yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan pandangan
bagi segenap jajaran Pegawai Pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional diseluruh bidang tugas
dan unit organisasi Instansi Pemerintah secara terpadu.
Berhasilnya kinerja dari sebuah organisasi juga dipengaruhi dari kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki oleh aparat atau pegawai, disamping itu hal yang
terpenting dan perlu menjadi perhatian dalam menjalankan aktivitas pemerintahan
adalah menyangkut kemampuan seorang pemimpin dalam mengarahkan dan memotivasi
para pegawai agar dapat meningkatkan
kinerjanya.
Seorang
Camat seharusnya
memberikan panduan, tuntunan, bimbingan dan arahan yang dapat mengembangkan dan
memberikan pengawasan terhadap bawahannya, memberikan jaringan komunikasi yang layak di terima, adanya sistem koordinasi yang baik dan efisien serta memperlihatkan kepada para pegawai terhadap
sasaran-sasaran yang
akan dilalui
sesuai dengan kurun waktu yang tepat dan akurat.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi yang dipimpinnya tidak terlepas dari
orang-orang yang berada di bawah pimpinannya. Demikian halnya dengan Camat, yang keberadaannya sebagai
pemimpin tidak dapat dipisahkan
dari aparatur pemerintahan di wilayah
Kecamatan. Dengan pembuktian bahwa kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat Kecamatan tergantung dari peningkatan etos kerja pegawai sebagai aparatur pemerintah, dan
tentunya harus mendapatkan dukungan dari masyarakat agar
tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.
Kepedulian seorang pemimpin untuk
memperhatikan kemampuan dan keterampilan para pegawainya harus direalisasikan, agar kemampuan dan
ketrampilan tersebut
dapat dihandalkan
dan dipraktekan langsung kemasyarakat. Terbentuknya kemampuan dan keterampilan yang baik
tersebut tentunya diperoleh
dari suatu pendidikan dan pelatihan yang dimanfaatkan dengan sejumlah penglaman kerja.
Sebagai motivasi
dan dukungan bagi perangkat Kecamatan, pendidikan dan pelatihan ini sangat
penting artinya dan harus diperhatikan oleh Camat dalam rangka mewujudkan apart yang cakap,
tanggap dan terampil serta mempunyai kewibawaan yang tinggi. Sedangkan untuk pengalaman
kerja sendiri dapat diperoleh
setelah pegawai menjalankan tugas dan fungsinya.
Hal ini harus diterapkan
dengan baik dan pelaksanaannya harus terorganisir melalui manajemen yang
rapi. Jika pengaturan yang dilakukan oleh aparat pemerintah tidak baik dan tidak relevan, maka
tugas pokok dan fungsi dari aparat pegawai Kecamatan tersebut akan mengalami kehancuran dan
perjalanan organisasinya akan tergoyahkan.
Camat seharusnya memberikan panduan, tuntunan,
bimbingan dan arahan yang dapat mengembangkan dan memberikan pengawasan
terhadap organisas wilayah
kerjanya,
memberikan jaringan komunikasi yang layak diterima, adanya sistem koordinasi yang baik dan
efisien serta memperlihatkan kepada para pegawai kecamatan terhadap
sasaran-sasaran yang akan dilalui sesuai dengan kurun waktu yang tepat dan akurat.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi yang dipimpinnya tidak terlepas dari orang-orang yang berada
di bawah pimpinannya. Demikian halnya dengan Camat, yang keberadaannya sebagai pemimpin tidak dapat di pisahkan dari
aparatur pemerintahan di wilayah Kecamatan dapat berjalan dengan baik. Dengan pembuktian bahwa
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kecamatan tergantung dari meningkatkan etos kerja Pegawai
Negri Sipil sebagai
aparatur pemerintah, dan tentunya harus mendapatkan dukungan dari
masyarakat agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai secara maksimal.
Pemberian motivasi kepada aparat pemerintah
dalam mewujudkan good governance merupakan hal yang sangat signifikan dalam
proses demokratisasi, pada kondisi yang cepat berubah dan dengan tetap menjaga
kepercayaan melalui unjuk kemampuan kerja aparatur pemerintahan dan adanya
pergeseran tuntutan fungsi pelayanan aparatur kearah lebih transparan,
partisipatif dan akuntabel, merupakan fenomena yang berkembang di
pemerintahan daerah pada era reformasi saat ini.
Perubahan paradigma pelayanan kepada
masyarakat aparatur pegawai kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong tampil dalam nuansa yang berbeda, dimana pendekatan pelayanan
atas hak-hak masyarakat menjadi prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan
mareka. Hal tersebut dapat
dilihat dari peningkatan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan tersebut. Bagi
pegawai, kemajuan ini tidak lepas dari peranan kepemimpinan Camat Siniu yang senangtiasa
menerapkan peran aktif sebagai pemimpin.
Berdasarkan informasi yang
diperoleh Peneliti bahwa pegawai Camat Siniu selalu memberikan dorongan dan
motivasi kepada para pegawai dengan beberapa pendekatan yakni memberikan
kesempatan kepada pegawai untuk ikut seta mengambil keputusan demi pengembangan
wilayah Kecamatan, Camat selalu berusaha untuk menggerakkan bawahannya untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Jika di amati hal ini merupakan salah
satu bentuk keberhasilan Camat dalam memimpin Kecamatan Siniu, dan ini sangat
menarik untuk diteliti agar dapat diketahui lebih mendalam bagaimana penerapan
kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Siniu sehingga para pegawai mampu
meningkatkan kinerjanya. Persoalan inilah yang mendasari Peneliti tertarik
mengkaji lebih mendalam pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dengan mengajukan
judul penelitian “ Fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai
pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang di uraikan di latar
belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu bagaimana fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja
pegawai pada Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong?.
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk
mengidentifikasi pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja
pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
1.3.2. Kegunaan
Penelitian
Dengan
terlaksananya penelitian ini, Peneliti
mengharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Dari
aspek praktis diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut :
a. Hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah
yang terkait, khususnya pemerintah Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
b. Hasil
penelitian ini dapat mejadi bahan acuan bagi peneliti berikutnya dengan obyek
yang sama.
2. Secara
Akademis diharapkan memberikan kegunaan
sebagai berikut :
a.
Sebagai sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu administrasi,
khususnya terkait dengan fungsi
kepemimpinan.
b.
Sebagai bahan latihan
bagi Peneliti untuk menambah
ilmu pengetahuan dibidang ilmu administrasi publik yang diperoleh selama
peroses perkuliahan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA DAN ALUR PIKIR
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hartina 2008, dengan judul Skripsi “Hubungan
Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan Ampibabo
Kabupaten Parigi Moutong”. Penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana
hubungan kepemimpinan camat dengan
motivasi kerja pegawai kantor Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
asosiatif/hubungan dengan dasar penelitian survey.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di kantor
Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Sensus yang berjumlah 30
orang. Penentuan sampel sumber
data dalam penelitian ini di tentukan pada saat peneliti turun lapangan.
Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa ada
hubungan antara Variabel dalam penelitian ini yakni kepemimpinan memang
berpengaruh terhadap variabel yakni motivasi kerja pegawai. Hal ini terlihat
dari hasil perhitungan dengan rumus korelasi
product moment yang menerangkan bahwa variabel kepemimpinan berhubungan
terhadap motivasi kerja pegawai dengan tingkat hubungan yang sangat kuat.
Kemudian
penelitian relevan berikutnya dilakukan oleh Abdul
Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan
Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi
kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota
Palu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian ini peneliti berusaha menggungkapkan
fakta yang nyata tentang Analisis Kepemimpinan Lurahan Pada Kantor Kelurahan
Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Penelitian ini menggunakan teori dari Robeth House, dimana ada empat indikator
yang digunakan untuk mengukur fungsi kepemimpinan dimana keempat indikator itu
ialah, direktif, parsipatif, suportif, bereontasi pada hasil. Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan yang meliputi observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yaitu analisis data kualitatif, ada
tiga tahap dalam aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data,
dan verification data. Berdasarkan
hasil penelitian yang diperoleh bahwa kepemimpinan
Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo
Kecamatan Mantikulore Kota Palu, cukup baik dimana dapat
dilihat bahwa Lurah Tondo sudah
berupaya dan berusaha mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang
pemimpin untuk mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan tugas untuk
kepentingan Kelurah Tondo dan dilihat
dari keterbukaan Lurah pada pegawai
dan kepada masyarakat dan menerima saran atau
masukan dari bawahan ataupun masyarakat.
Untuk lebih melihat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1.
Matriks
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
No
|
Nama dan Judul Penelitian
|
Teori
yang digunakan
|
Metode Penelitian
|
Hasil penelitian
|
1.
|
Siti
Hartina 2008, judul Skripsi
“Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong
|
Fungsi
Kepemimpinan
1. Komunikasi
2. Disiplin kerja
3. Peningkatan produktivitas
4. Pengambilan Keputusan
(Ermaya Suradinata. 1997)
Motivasi
1. Insentif
2. Penghargaan
(Malayu
SP Hasibuan 2003)
|
Asosiatif/
hubungan dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
|
Kepemimpinan
berpengaruh terhadap variabel yakni motivasi kerja pegawai. Hal ini terlihat
dari hasil perhitungan dengan rumus korelasi
product moment yang menerangkan bahwa variabel kepemimpinan berhubungan
terhadap motivasi kerja pegawai dengan tingkat hubungan yang sangat kuat. Hal
itu terlihat bahwa r hitung > r
tabel atau 0,507 > 0,361.
|
2.
|
Abdul Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah Pada
Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
|
Fungsi
Kepemimpinan
1.
Direktif
2.
Partisipatif
3.
Suportif
4.
Berorientasi pada hasil
Harbani Pasolong (2008:39-40)
|
Metode Kualitatif
|
Kepemimpinan Lurah Pada Kntor Kelurahan Tondo Kecamatan
Mantikulore Kota Palu, cukup baik dimana dapat dilihat bahwa Lurah Tondo sudah berupaya dan berusaha mengemban tugas dan tanggung jawab
sebagai seorang pemimpin untuk mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan
tugas untuk kepentingan Kelurahan Tondo
dan dilihat dari keterbukaan Lurah pegawai
dan kepada masyarakat dan menerima saran atau masukan dari
bawahan ataupun masyarakat.
|
3.
|
Abdul
Razak 2009, Judul Penelitian Fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan
kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong
|
Fungsi Kepemimpinan
1. Fungsi perintah
2. Fungsi konsultatif
3. Fungsi partisipatif
4. Fungsi delegasi
Harbani Pasolong (2013:30-31)
|
Metode kualitatif
|
2.1.2.
Landasan teoritis dan kepustakaan yang relevan
2.1.2.1.
Kepemimpinan
Pada sebah
organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung
kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses
mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut
Miftah Thoha (2010:9), kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku
orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun
kelompok.
Teori kepemimpinan
pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interprestasi mengenai
pimpinan dan kepemimpinan. Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai
pengertian. Istilah kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang
artinya bimbing atau tuntun. Dari kata dasar pimpin lahirlah kata kerja
memimpin yang artinya membimbing atau menuntun. Dan kata benda pemimpin yaitu
orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing atau menuntun.
Menurut Ibnu Syamsi (1994:138), berpendapat bahwa “Kepemimpinan
adalah suatu seni tentang cara untuk mempengaruhi orang lain kemudian
mengarahkan keinginan, kemampuan, dan kegiatan mereka untuk mencapai tujuan si
pemimpin”.
Sudarwan
Danim (2004:56), kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu
atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan bentuk strategi
atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut
sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam
mencapai tujuan.
Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena
sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis
Yamin dan Maisah (2010: 74), mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group
proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik
manajemen.
Kemudian Kartini Kartono (2001:52), mengatakan
fungsi dari kepemimpinan adalah :
1)
Untuk meningkatkan kerja sama, tanggung
jawab, dan kesamaan pandangan pada setap unit kerja.
2)
Untuk memberdayakan dan meningkatkan
produktifitas kerja pada setiap unit kerja.
3)
Untuk mendorong etos kerja dengan
tingkat efesiensi, efektifitas, dan produktivitas yang mendorong keberhasilan
usaha.
4)
Untuk menghindari kesemerautan kerja
pada setiap unut kerja yang terlibat di dalamnya”.
Menurut Wahjosumidjo (2005:17), kepemimpinan di terjemahkan
kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain,
pola-pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu
jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain-lain tentang
legitimasi pengaruh.
Sealnjutnya kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (2004:5),
adalah kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau
lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada
tujuan bersama.
Jadi dapat dikatakan kepemimpinan merupakan proses
kegiatan seseorang dalam memimpin, menggerakan, membimbing, mempengaruhi, atau
mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Oleh sebab itu dalam
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang teleh ditentukan sebelumnya sangat
tergantung atas kemampuan pimpinan utuk menggerakan sumber-sumber dan alat-alat
yang ada sehingga pemakainya bisa terwujud dengan baik. Kepemimpinan merupakan
suatu alat usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga tercapai atau
tidaknya, baik atau buruknya kualitas pencapaian organisasi sangat tergantung
kepada kepemimpinan seseorang. Sebagai tolak ukur dalam masalah kepemimpinan
ini adalah pemimpin yang dituntut utuk mampu mengarahkan, menggerakan,
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara selektif, efektif dan efisien. Dasar utama efektifitas
kepemimpinan seorang bukan pengangkatan atau penunjukan selaku kapala, akan
tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan berkat
adanya kelebihan-kelebihan tertentu yang dimilikinya, baik oleh pengalaman,
atas orang-orang yang dipimpin.
Oleh
karena itu, untuk manyandang gelar seorang pemimpin bukanlah suatu hal yang
mudah untuk diwujudkan, mengingat hal ini asangat erat kaitanya kelebihan
pribadi dalam berbagai aspek dan adanya kekuasaan atas orang-orang yang
dipimpinya.
2.1.2.2.
Fungsi Kepemimpinan
Stoner (1996) mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan
adalah agar sesorang beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang
untuk melakukan dua hal fungsi utama, yaitu : (1) Berhubungan tugas atau
memecahkan masalah, (2) Memelihara kelompok atau sosial, yaitu tindakan seperti
menyelesaikan perselisihan dan memastikan bahwa individu merasa dihargai oleh
kelompok (Harbani Pasolong , 2013:22).
Sedangkan menurut Rivai (2004) dalam Harbani
Pasolong (2013:22), memberikan beberapa contoh tentang fungsi kepemimpinan,
yaitu : (1) menciptakan visi dan rasa komunitas, (2) membantu mengembangkan
komitmen dari pada sekedar memenuhinya, (3) menginspirasi kepercayaan,
(4) mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog, (5) membantu menggunakan
pengaruh mereka, (6) memfasilitasi, (7) memberi semangat pada yang lain, (8) menopang
tim, dan (9) bertindak sebagai model.
Selain fungsi-fungsi tersebut di atas,
maka fungsi lain kepemimpinan menurut
Harbani Pasolong (2013: 30-31), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi
Perintah, yaitu fungsi kepemimpinan
yang bersifat satu arah kepada yang dipimpinnya. Pemimpin sebagai pengambil
keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya kepada orang-orang yang
dipimpinya. Pemimpin sebagai komunikator pihak yang menentukan apa, kapan,
dimana, dan bagaimana cara melakukan perintah tersebut. Fungsi ini tidak akan
ada artinya tanpa kemampuan mengimplementasikan isi perintah tersebut. Hal ini
sejalan dengan pengertian kepemimpinan yaitu kemampuan menggerakkan orang lain
agar melaksanakan perintah atau keputusan yang telah ditetapkannya.
2. Fungsi
Konsultatif, yaitu fungsi
kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada yang dipimpinnya, meskipun
pelaksanaan sangat tergantung pada pihak pemimpin. Ketika pemimpin akan
mengambil suatu keputusan biasanya memerlukan beberapa pertimbangan yang
mengharuskan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi
dapat dilakukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini memiliki banyak informasi
yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan. Konsultasi dilakukan untuk
mendengarkan pendapat dan saran kepada semua unsur penting dalam sebuah
organisasi. Fungsi konsultatif dapat diharapkan sumua keputusan yang diambil
oleh pemimpin mendapat dukungan dari orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipatif,
yaiu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada
yang dipimpinnya, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang
efektif antara pemimpin dan yang dipimpin. Dalam fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakan keputusan. Setiap orang yang ada dalam
organisasi mempunyai kesempatan yang sama dalam ikut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
4. Fungsi
Delegasi, yaitu fungsi pemimpin untuk
mendelegasikan wewenang untuk membuat, menetapkan, dan atau melaksanakan
keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pimpinan. Fungsi
ini mengahruskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi
yang dapat dan tidak dapat didelegasikan kepada orang-orang yang dipercayainya.
Fungsi delegasi pimpinan pada dasarnya adalah kepercayaan pimpinan kepada
bawahannya.
Dari beberpa fungsi kepemimpinan di atas, maka untuk
membatasi kajian penelitian ini, Peneliti menggunkan konsep kepemimpinan yang
dikemukakan oleh Harbani Pasolong sebagai acuan untuk mendeskripsikan
pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai kantor
Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong. Apabila ke empat konsep fungsi
kepemimpinan yang dikemukakan di atas diterapkan oleh seorang pemimpin, maka tujuan
organisasi akan tercapai.
2.1.2.3. Kinerja Pegawai
Kata “kinerja” telah menjadi kata yang telah memasyarakat, seringkali
istilah kinerja ini, mulai dari media massa, pejabat , pelaku bisnis bahkan
sampai masyarakat awam, namun demikian tidak ditemukan defenisi yang definitive tentang kinerja. Kinerja pada
dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan
kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu
organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang
dicapai suatu organisasi.
Pemahaman tentang kinerja (performance)
memperlihatkan sampai sejauh mana sebuah organisasi; baik pemerintah, swasta,
organisasi laba ataupun nirlaba, menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu
pencapaian yang relevan dengan tujuan organisasi. Sehingga, terdapat dua asumsi
umum tentang titik berangkat pemahaman pengertian kinerja.
Asumsi pertama, pengertian kinerja yang
dititikberatkan pada kinerja individu, dalam pengertian sebagai bentuk prestasi
yang dicapai individu berdasarkan target kerja yang diembannya atau tingkat pencapaian
dari beban kerja yang telah ditargetkan oleh organisasi kepadanya. Asumsi
kedua, yaitu; pengertian kinerja yang dinilai dari pencapaian secara totalitas
tujuan sebuah organisasi dari penetapan tujuan secara umum dan terperinci
organisasi tersebut. Misalnya, pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi
dari penjabaran visi dan misi organisasi tersebut.
Sebelum membahas kinerja pegawai, terlebih dahulu
Peneliti memberikan definisi kinerja menurut para ahli. Menurut Siswanto
Sastrohadiwiryo (2002:231), kinerja adalah suatu kemampuan seseorang dalam melakasanakan
kegiatan/pekerjaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Selanjtnya
Veithzal Rivai (2006:309), mengatakan bahwa kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.
Kemudian menurut Mahsun (2006:25), kinerja (performance) sebagai
suatu gambaran mengenai tingkat
pelaksanaan suatu kegiatan
atau program atau kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan misi
dan visi organisasi
yang tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam
kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna
mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan
dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Setiap organisasi pada dasarnya telah
mengidentifikasi bahwa perencanaan prestasi dan terciptanya suatu prestasi
organisasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan prestasi individual para
pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi kerja organisasi
merupakan hasil dari kerjasama antara pegawai yang bersangkutan dengan
organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. untuk mencapai prestasi kerja yang
diinginkan, maka tujuan yang diinginkan, standar kerja yang dinginkan, sumber
daya pendukung, pengarahan, dan dukungan dari manajer lini pegawai yang bersangkutan
menjadi sangat vital. selain itu sisi motivasi menjadi aspek yang terlibat
dalam peningkatan prestasi kerja.
Kinerja organisasi
sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena itu dalam mengukur kinerja suatu
organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kerja dari pegawainya. Seperti
pengertian kinerja, yang dikemukakan oleh Agus Dharma (1991:105) dalam bukunya
Manajemen Prestasi “Kinerja pegawai adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai,
prestasi kerja yang diperhatikan oleh pegawai, kemampuan kerja berkaitan dengan
penggunaan peralatan kantor”.
Dengan memandang kinerja pegawai sebagai faktor masukan (input) yang paling utama guna
meningkatkan kinerja pegawai pada suatu instansi, maka upaya kearah penggunaan
kinerja pegawai secara efektif semestinya dilaksanakan oleh instansi.
Upaya-upaya penggunaan kinerja pegawai secara efektif ini dapat dilaksanakan
melalui berbagai pendekatan seperti pelaksanaan pendidikan, latihan, dan
berbagai upaya lainnya.
Setiap organisasi pada dasarnya telah mengidentifikasi bahwa perencanaan
prestasi dan terciptanya suatu prestasi organisasi mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan prestasi individual para pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa prestasi kerja organisasi merupakan hasil dari kerjasama antara pegawai
yang bersangkutan dengan organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. Untuk
mencapai prestasi kerja yang diinginkan, maka tujuan yang diinginkan, standar
kerja yang dinginkan, sumber daya pendukung, pengarahan, dan dukungan dari menejer
lini pegawai yang bersangkutan menjadi sangat vital. Selain itu sisi motivasi
menjadi aspek yang terlibat dalam peningkatan prestasi kerja.
2.2.
Alur Pikir
Alur pikir dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dapat
mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai. Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan
kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi pegawai dalam sebuah organisasi, sehingga
mereka termotivasi untuk meningkatkan kinerja demi tercapainya tujuan
organisasi.
Dalam peningkatan kinerja, kepemimpinan seorang pemimpin
sangat besar pengaruhnya. Jika pemimpin dapat memahami keinginan para
bawahannya, meberikan kepercayaan pada bawahannya dan mampu menggerakan
bawahannya untuk bekerja maka secara otomatis para pegawai akan termotivasi
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Ada empat peran seorang pemimpin
yang harus dilakukan untuk memotivasi bawahannya dalam meningkatkan kinerja,
hal tersebut sebagaimana menurut Harbani Pasolong (2013:30-31) fungsi
kepemimpinan terdiri dari fungsi
perintah, fungsi konsultatif, fungsi partisipatif dan fungsi delegasi.
Dari uraian alur pikir di atas, maka dapat digambarkan
proses input dan output pelaksanaan fungsi kepemimpinan dalam hal ini kepemimpinan Camat
dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten
Parigi-Moutong sebagai berikut :
Gambar 2.2.
Alur Pikir
Kepemimpinan
Camat Siniu Kabupaten Parigi-Moutong
|
Fungsi
kepemimpinan
1.
Fungsi perintah
2.
Fungsi konsultatif
3.
Fungsi partisipatif
4.
Fungsi delegasi
Harbani Pasolong (2013:30-31)
|
Peningkatan kinerja pegawai
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Tipe dan Dasar Penelitian
3.1.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini
menggunakan tipe penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2003 : 54), metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia suatu suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa akan sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskriptif gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang disediakan, menyangkut
fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada
kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
3.1.2.
Dasar Penelitian
Dasar penelitian adalah kualitatif. Menurut
Sugiyono (2011:9), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana Peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai fungsi kepemimpinan Camat
dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten
Parigi-Moutong.
3.2.
Definisi Konsep
Mengacu pada variabel
dalam penelitian ini, Peneliti akan memberikan definisi konsep berdasarkan
teori yang dijadikan acuan terkait dengan kepemimpinan. Kepemimpinan dalam
penelitian ini yaitu kepemimpinan Camat memepengaruhi
pegawai sehingga dengan perananya sebagai pemimpin dapat diikuti pola tindak,
arahan berdasarkan aturan/norma yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan
efektifitas dalam suatu organisasi. Adapun yang menjadi
tolak ukur untuk mengetahui pelaksanaan kepemimpinan Camat dalam meningkatkan
kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong yaitu
konsep kepemimpinan menurut Harbani Pasolong (2013: 30-31), dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Fungsi Perintah
Camat
sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pegawai dengan cara memberikan dorongan dan motivasi untuk senantiasa
melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Fungsi Konsultatif
Camat
berkonsultasi kepada bawahan yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dan
mengetahui banyak informasi apabila Ia akan mengambil keputusan.
3.
Fungsi
Partisipatif
Camat
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut serta dalam mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakan keputusan.
4.
Fungsi Delegasi
Camat
mendelegasikan wewenang kepada pegawai yang dipercayainya, dalam artian
memberikan kepercayaan kepada bawahannya untuk mengambil alih kepemimpinannya
apabila Ia tidak berada di tempat.
3.3.
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian
kualitatif adalalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui
proses wawancara dengan informan.
data sekunder bersumber pada dokumen
dan foto-foto
yang dapat dipergunakan sebagai
pelengkap.
3.4. Sumber Data
1) Sumber
data sekunder
Sumber data
sekunder adalah arsip yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dan
dokumen dari berbagai sumber resmi, antara lain surat keputusan, peraturan perundangan,
laporan penelitian, data statistik, data kelembagaan (pemerintah dan lembaga
lainnya), baik yang terpublikasi maupun yang tidak terpublikasi, dokumen berupa
foto-foto, serta naskah-naskah penting lainnya sebagai bahan acuan untuk
mendiskripsikan fenomena penelitian.
2) Sumber
data primer
Sumber data primer
merupakan data yang diperoleh langsung melalui informan. Informan dalam
penelitian ini merupakan orang yang dipandang mengetahui dan mengerti dengan
permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat memberikan data yang diperlukan
dan dapat dipercaya kebenarannya.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 Orang yang masing-masing terbagi
atas : Sekretaris Kecamatan,
Staf dan pegawai dengan
rincian sebagai berikut :
1.
Sekretaris Kecamatan :
1 Orang
2.
Staf :
3 Orang
3.
Pegawai : 3 Orang
Jumlah
7
Orang
Informan ditentukan secara purvosive. Menurut Burhan Bungin
(2011:107) Purposive adalah salah
satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian
kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai
dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.
3.5. Tekni k Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematis dan standar dalam memperoleh data yang diperlukan dan memiliki
hubungan antara metode pengumpulan data dengan penelitian yang akan
dilaksanakan. Teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap
suatu obyek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab
antara si peneliti dan Informan.
3. Dokumentasi
Data yang diperoleh melalui studi
dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawanvara, dan observasi. Data yang diperoleh
dari dokumentasi terdiri atas berbagai tulisan dan rekaman, seperti buku
pedoman, laporan resmi, catatan harian, notulen rapat, dan sejenisnya.
3.6.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengumpulakan
data dalam penelitian. Instrumen penelitian merupakan perangkat untuk menggali data
primer dari Responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian.
Dalam penelitian ini Peneliti sendiri adalah instrumen penelitian, dimana ia
menggunakan alat indra untuk memahami obyek yang diteliti dengan dukungan
panduan wawancara (interview guide),
pedoman observasi (observation guide)
dalam kegiatan observasi.
3.7.
Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,
dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain Sugoyono (2008: 334).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis interaktif, yaitu analisis yang dilakukan dalam bentuk interaksi
dari ketiga komponen. Tiga komponen yang dimaksud adalah reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Menurut Sugiyono (2008:337), Analisis data dalam penelitian ini
bersifat induktif dan deduktif yang akan disajikan dalam bentuk deskriptif.
Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen
penting, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Adapun bagan
analisis interaktif menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.1.
Analisis interaktif
Pengumpulan
Data
|
Penyajian
Data
|
Reduksi
Data
|
Penarikan
kesimpulan atau verivikasi
|
Miles dan Huberman (1984). (Dalam
Sugiyono, 2008:147)
3.8.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Prigi-Moutong, alasan Peneliti memilih
lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah
asal Peneliti sehingga mudah dijangkau oleh waktu, tenaga, maupun biaya.
3.9.
Waktu dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam kurun waktun selama
3 (tiga) dan selambat-lambatnya 6 (enam bulan) dengan rincian jadwal sebagai
berikut :
Tabel 2.1.
Waktu dan Jadwal Penelitian
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Buku
Agus Dharma, 1991. Manajemen Supervisi Petunjuk Praktis Bagi
Supervisor. Penerbit PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta : Kencana.
Danim, Sudarman 2004.
Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas
Kelompok. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Kartono, Kartini, 2001. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik,. Penerbit BPFE,Yogyakarta.
Martinis Yamin dan Maisah. 2010.
Kepemimpinan dan manajemen masa depan.
Bogor: IPB Press.
Miftah Thoha, 2010. Kepemimpinan dalam manajemen. Rajawali
pers. Jakarta.
Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nawawi, Hadari, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta, UGM Press,Yogyakarta.
Pasolong,
Harbani, 2013. Kepemimpinan Birokrasi.
Cetakan Ketiga. ALFABETA, Bandung.
Rivai,Veithzal.
2006.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi
Edisi 2. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2002.
Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Jakarta, Bumi Aksara.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia
Indonesia : Jakarta.
B.
Dokumen
Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahn 2008 Tentang Kecamatan.
C.
Sumber Lain
Skripsi.
Siti Hartina 2008, dengan judul
Skripsi “Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong”. Fisip. Untad.
Skripsi. Abdul Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah
Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Fisip Untad.
Komentar
Posting Komentar