FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN SINIU KABUPATEN PARIGI-MOUTONG



Oleh :

ABDUL RAZAK
B 101 09 056


PROPOSAL

Dalam rangka penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako





JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015



HALAMAN PENGESAHAN

FUNGSI KEPEMIMPINAN CAMAT DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN SINIU KABUPATEN PARIGI-MOUTONG



Oleh :

ABDUL RAZAK
B 101 09 056


PROPOSAL

Dalam rangka penulisan skripsi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Tadulako

                                   




 Dr. Daswati, M.Si                                                   Drs. Nastainuddin Bolong, M.Si
                Pembimbing I                                                                      Pembimbing II
                 

Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Administrasi




Dr. Daswati, M. Si

Nip. 19601230  198903 2 001




DAFTAR ISI
SAMPUL                                                                                                                
HALAMAN PENGESAHAN                                                                               
DAFTAR ISI                                                                                                           .............
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang                                                                                              1
1.2. Rumusan Masalah                                                                                         6
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian                                                                  6
1.3.1. Tujuan Penelitian                                                                             6
1.3.2. Kegunaan Penelitian                                                                        7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR
2.1. Kajian Pustaka                                                                                             8
2.1.1. Penelitian Terdahulu                                                                          8
2.1.2. Landasan Teoritis dan Kepustakaan yang Relevan                         12
2.1.2.1. Kepemimpinan                                                                           12
2.1.2.2. Fungsi Kepemimpinan                                                               15
2.1.2.3. Kinerja Pegawai                                                                         18
     2.2. Alur Pikir                                                                                                   21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe  dan Dasar Penelitian                                                                           23
3.1.1 Tipe Penelitian                                                                                  23
3.1.2. Dasar Penelitian                                                                               23
3.2. Definisi Konsep                                                                                          24                                                                                    
3.3. Jenis Data                                                                                                   25                                                                                          
3.4. Sumber Data                                                                                               25
3.5. Teknik Pengumpulan Data                                                                         27                                    
3.6. Instrumen Penelitian                                                                                   28                                                                            
3.7. Analisis Data                                                                                              28   
3.7. Lokasi Penelitian                                                                                        29
3.8. Waktu dan Jadwal Penelitian                                                                     29                                                                                 
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Kepemimpinan selalu memberikan kesan dan daya tarik yang kuat bagi setiap orang. Tumbuh kembangnya suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola seluruh unsur yang terdapat dalam organisasi itu. Bagian yang paling penting dalam sebuah organisasi adalah manusia selaku sumber daya utama. Di organisasi inilah dibutuhkan kepemimpinan yang baik guna menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia tersebut agar dapat bekerja secara maksimal, meskipun naluri, daya nalar dan tingkat sensitifitas manusia tersebut berbeda-beda.
Pada sebuah organisasi pemerintahan, sumber daya manusia terdiri dari pemimpin dan pegawai. Di dalam suatu organisasi, baik itu formal maupun informal membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan semangat pada bawahannya untuk senantiasa produktif, sebab kehadiran seorang pemimpin dalam suatu organsasi dirasakan sangat mutlak untuk dijadikan sebagai nakhoda bagi para bawahannya.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 120 Tentang Pemerintahan Daerah, maka dapat dijelaskan bahwa Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Dalam pasal 126 ayat (2) di jelaskan bahwa kecamatan di pimpin oleh Kepala Kecamatan, yang di sebut Camat. Camat di angkat oleh Bupati/Walikota atas usulan sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari Pegawai Negri Sipil yang memenuhi syarat. Camat menerima pelimpahan sebagai kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota dalam melaksanakan tugasnya.
Kemudian dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan, dalam Pasal 14 ayat (1) dimana Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat. Sedangkan yang dimaksud Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan Pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.
Jabatan Camat merupakan jabatan struktural yang berada di lingkungan tingkat Kecamatan. Tidak bisa dipungkiri bahwa Camat sebagai pimpinan tertinggi di Kantor Camat mempunyai peranan yang sangat penting dan sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu wilayah Kecamatan. Maka dari itu, sangat dibutuhkan sekali pemimpin yang berada di tingkat Kecamatan agar mampu melakukan usaha-usaha targetnya nanti mengarah kepada sikap profesionalisme  kerja guna mengharapkan hasil yang efektif dan efisien serta berfikir maju kedepan dan tanggap dalam mengatasi permasalahan yang semakin lama semakin kompleks saja.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pegawai menuju kearah profesionalisme dan menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), perlu adanya penyatuan arah dan pandangan bagi segenap jajaran Pegawai Pemerintah yang dapat dipergunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas baik manajerial maupun operasional diseluruh bidang tugas dan unit organisasi Instansi Pemerintah secara terpadu.
Berhasilnya kinerja dari sebuah organisasi juga dipengaruhi dari kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh aparat atau pegawai, disamping itu hal yang terpenting dan perlu menjadi perhatian dalam menjalankan aktivitas pemerintahan adalah menyangkut kemampuan seorang pemimpin dalam mengarahkan dan memotivasi para pegawai agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Seorang Camat seharusnya memberikan panduan, tuntunan, bimbingan dan arahan yang dapat mengembangkan dan memberikan pengawasan terhadap bawahannya, memberikan jaringan komunikasi yang layak di terima, adanya sistem koordinasi yang baik dan efisien serta memperlihatkan kepada para pegawai  terhadap sasaran-sasaran yang akan dilalui sesuai dengan kurun waktu yang tepat dan akurat.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi yang dipimpinnya tidak terlepas dari orang-orang yang berada di bawah pimpinannya. Demikian halnya dengan Camat, yang keberadaannya sebagai pemimpin tidak dapat dipisahkan dari aparatur pemerintahan di wilayah Kecamatan. Dengan pembuktian bahwa kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kecamatan tergantung dari peningkatan etos kerja pegawai sebagai aparatur pemerintah, dan tentunya harus mendapatkan dukungan dari masyarakat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.
Kepedulian seorang pemimpin untuk memperhatikan kemampuan dan keterampilan para pegawainya harus direalisasikan, agar kemampuan dan ketrampilan tersebut dapat dihandalkan dan dipraktekan langsung kemasyarakat. Terbentuknya kemampuan dan keterampilan yang baik tersebut tentunya diperoleh dari suatu pendidikan dan pelatihan yang dimanfaatkan dengan sejumlah penglaman kerja.
Sebagai motivasi dan dukungan bagi perangkat Kecamatan, pendidikan dan pelatihan ini sangat penting artinya dan harus diperhatikan oleh Camat dalam rangka mewujudkan apart yang cakap, tanggap dan terampil serta mempunyai kewibawaan yang tinggi. Sedangkan untuk pengalaman kerja sendiri dapat diperoleh setelah pegawai menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini harus diterapkan dengan baik dan pelaksanaannya harus terorganisir melalui manajemen yang rapi. Jika pengaturan yang dilakukan oleh aparat pemerintah tidak baik dan tidak relevan, maka tugas pokok dan fungsi dari aparat pegawai Kecamatan tersebut akan mengalami kehancuran dan perjalanan organisasinya akan tergoyahkan.
Camat seharusnya memberikan panduan, tuntunan, bimbingan dan arahan yang dapat mengembangkan dan memberikan pengawasan terhadap organisas wilayah kerjanya, memberikan jaringan komunikasi yang layak diterima, adanya sistem koordinasi yang baik dan efisien serta memperlihatkan kepada para pegawai  kecamatan terhadap sasaran-sasaran yang akan dilalui sesuai dengan kurun waktu yang tepat dan akurat.
Keberadaan seorang pemimpin dalam organisasi yang dipimpinnya tidak terlepas dari orang-orang yang berada di bawah pimpinannya. Demikian halnya dengan Camat, yang keberadaannya sebagai pemimpin tidak dapat di pisahkan dari aparatur pemerintahan di wilayah Kecamatan dapat berjalan dengan baik. Dengan pembuktian bahwa kelancaran penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kecamatan tergantung dari meningkatkan etos kerja Pegawai Negri Sipil sebagai aparatur pemerintah, dan tentunya harus mendapatkan dukungan dari masyarakat agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai secara maksimal.
Pemberian motivasi kepada aparat pemerintah dalam mewujudkan good governance merupakan hal yang sangat signifikan dalam proses demokratisasi, pada kondisi yang cepat berubah dan dengan tetap menjaga kepercayaan melalui unjuk kemampuan kerja aparatur pemerintahan dan adanya pergeseran tuntutan fungsi pelayanan aparatur kearah lebih transparan, partisipatif dan akuntabel, merupakan fenomena yang berkembang di pemerintahan daerah pada era reformasi saat ini.
Perubahan paradigma pelayanan kepada masyarakat aparatur pegawai kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong tampil dalam nuansa yang berbeda, dimana pendekatan pelayanan atas hak-hak masyarakat menjadi prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan mareka. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan tersebut. Bagi pegawai, kemajuan ini tidak lepas dari peranan kepemimpinan Camat Siniu yang senangtiasa menerapkan peran aktif sebagai pemimpin.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Peneliti bahwa pegawai Camat Siniu selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada para pegawai dengan beberapa pendekatan yakni memberikan kesempatan kepada pegawai untuk ikut seta mengambil keputusan demi pengembangan wilayah Kecamatan, Camat selalu berusaha untuk menggerakkan bawahannya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Jika di amati hal ini merupakan salah satu bentuk keberhasilan Camat dalam memimpin Kecamatan Siniu, dan ini sangat menarik untuk diteliti agar dapat diketahui lebih mendalam bagaimana penerapan kepemimpinan yang diterapkan oleh Camat Siniu sehingga para pegawai mampu meningkatkan kinerjanya. Persoalan inilah yang mendasari Peneliti tertarik mengkaji lebih mendalam pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dengan mengajukan judul penelitian “ Fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong”.
1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang di uraikan di latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong?.
1.3.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.


1.3.2. Kegunaan Penelitian
Dengan terlaksananya penelitian ini, Peneliti mengharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut :
1.      Dari aspek praktis diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut :
a.       Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah yang terkait, khususnya pemerintah Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
b.      Hasil penelitian ini dapat mejadi bahan acuan bagi peneliti berikutnya dengan obyek yang sama.
2.      Secara Akademis diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut :
a.         Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu administrasi, khususnya terkait dengan fungsi kepemimpinan.
b.        Sebagai bahan latihan bagi Peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu administrasi publik yang diperoleh selama peroses perkuliahan.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR

2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Hartina 2008, dengan judul Skripsi “Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong”. Penelitian ini untuk mengetahui Bagaimana hubungan  kepemimpinan camat dengan motivasi kerja pegawai kantor Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian asosiatif/hubungan dengan dasar penelitian survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di kantor Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik Sensus yang berjumlah 30 orang. Penentuan sampel sumber data dalam penelitian ini di tentukan pada saat peneliti turun lapangan.
Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa ada hubungan antara Variabel dalam penelitian ini yakni kepemimpinan memang berpengaruh terhadap variabel yakni motivasi kerja pegawai. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment yang menerangkan bahwa variabel kepemimpinan berhubungan terhadap motivasi kerja pegawai dengan tingkat hubungan yang sangat kuat.
Kemudian penelitian relevan berikutnya dilakukan oleh Abdul Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian ini peneliti berusaha menggungkapkan fakta yang nyata tentang Analisis Kepemimpinan Lurahan Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Penelitian ini menggunakan teori dari Robeth House, dimana ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi kepemimpinan dimana keempat indikator itu ialah, direktif, parsipatif, suportif, bereontasi pada hasil. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yaitu analisis data kualitatif, ada tiga tahap dalam aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan verification data. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, cukup baik dimana dapat dilihat bahwa Lurah Tondo sudah berupaya dan berusaha mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan Kelurah Tondo dan dilihat dari keterbukaan Lurah pada pegawai dan kepada masyarakat dan menerima saran atau masukan dari bawahan ataupun masyarakat.
Untuk lebih melihat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut  :
Tabel 1.1.
Matriks Persamaan dan Perbedaan Penelitian
No
Nama dan Judul Penelitian
Teori yang digunakan
Metode Penelitian
Hasil penelitian
1.
Siti Hartina 2008, judul Skripsi “Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong
Fungsi Kepemimpinan
1.      Komunikasi
2.      Disiplin kerja
3.      Peningkatan produktivitas
4.      Pengambilan Keputusan
(Ermaya Suradinata. 1997)

Motivasi
1. Insentif
2. Penghargaan

(Malayu SP Hasibuan 2003)

Asosiatif/
hubungan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Kepemimpinan berpengaruh terhadap variabel yakni motivasi kerja pegawai. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment yang menerangkan bahwa variabel kepemimpinan berhubungan terhadap motivasi kerja pegawai dengan tingkat hubungan yang sangat kuat. Hal itu terlihat bahwa r hitung > r tabel atau 0,507  > 0,361.
2.
Abdul Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu.
Fungsi Kepemimpinan

1.      Direktif
2.      Partisipatif
3.      Suportif
4.      Berorientasi pada hasil

Harbani Pasolong (2008:39-40)
Metode Kualitatif
Kepemimpinan Lurah Pada Kntor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu, cukup baik dimana dapat dilihat bahwa Lurah Tondo sudah berupaya dan berusaha mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk mengarahkan bawahannya dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan Kelurahan Tondo dan dilihat dari keterbukaan Lurah pegawai dan kepada masyarakat dan menerima saran atau masukan dari bawahan ataupun masyarakat.
3.
Abdul Razak 2009, Judul Penelitian Fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong
Fungsi Kepemimpinan

1.      Fungsi perintah
2.      Fungsi konsultatif
3.      Fungsi partisipatif
4.      Fungsi delegasi

Harbani Pasolong (2013:30-31)

Metode kualitatif









2.1.2. Landasan teoritis dan kepustakaan yang relevan
2.1.2.1. Kepemimpinan
Pada sebah organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Banyak ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Miftah Thoha (2010:9), kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interprestasi mengenai pimpinan dan kepemimpinan. Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai pengertian. Istilah kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata dasar pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun. Dan kata benda pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing atau menuntun.
Menurut Ibnu Syamsi (1994:138), berpendapat bahwa “Kepemimpinan adalah suatu seni tentang cara untuk mempengaruhi orang lain kemudian mengarahkan keinginan, kemampuan, dan kegiatan mereka untuk mencapai tujuan si pemimpin”.

Sudarwan Danim (2004:56), kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang yang biasa kita sebut sebagai pemimpin. Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74), mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen.
Kemudian Kartini Kartono (2001:52), mengatakan fungsi dari kepemimpinan adalah :
1)   Untuk meningkatkan kerja sama, tanggung jawab, dan kesamaan pandangan pada setap unit kerja.
2)   Untuk memberdayakan dan meningkatkan produktifitas kerja pada setiap unit kerja.
3)   Untuk mendorong etos kerja dengan tingkat efesiensi, efektifitas, dan produktivitas yang mendorong keberhasilan usaha.
4)   Untuk menghindari kesemerautan kerja pada setiap unut kerja yang terlibat di dalamnya”.
Menurut Wahjosumidjo (2005:17), kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
Sealnjutnya kepemimpinan menurut Hadari Nawawi (2004:5), adalah kemampuan atau kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Jadi dapat dikatakan kepemimpinan merupakan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, menggerakan, membimbing, mempengaruhi, atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Oleh sebab itu dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang teleh ditentukan sebelumnya sangat tergantung atas kemampuan pimpinan utuk menggerakan sumber-sumber dan alat-alat yang ada sehingga pemakainya bisa terwujud dengan baik. Kepemimpinan merupakan suatu alat usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga tercapai atau tidaknya, baik atau buruknya kualitas pencapaian organisasi sangat tergantung kepada kepemimpinan seseorang. Sebagai tolak ukur dalam masalah kepemimpinan ini adalah pemimpin yang dituntut utuk mampu mengarahkan, menggerakan, memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara selektif, efektif dan efisien. Dasar utama efektifitas kepemimpinan seorang bukan pengangkatan atau penunjukan selaku kapala, akan tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan berkat adanya kelebihan-kelebihan tertentu yang dimilikinya, baik oleh pengalaman, atas orang-orang yang dipimpin. Oleh karena itu, untuk manyandang gelar seorang pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah untuk diwujudkan, mengingat hal ini asangat erat kaitanya kelebihan pribadi dalam berbagai aspek dan adanya kekuasaan atas orang-orang yang dipimpinya.
2.1.2.2. Fungsi Kepemimpinan
Stoner (1996) mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah agar sesorang beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk melakukan dua hal fungsi utama, yaitu : (1) Berhubungan tugas atau memecahkan masalah, (2) Memelihara kelompok atau sosial, yaitu tindakan seperti menyelesaikan perselisihan dan memastikan bahwa individu merasa dihargai oleh kelompok (Harbani Pasolong , 2013:22).
Sedangkan menurut Rivai (2004) dalam Harbani Pasolong (2013:22), memberikan beberapa contoh tentang fungsi kepemimpinan, yaitu : (1) menciptakan visi dan rasa komunitas, (2) membantu mengembangkan komitmen dari pada sekedar   memenuhinya, (3) menginspirasi kepercayaan, (4) mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog, (5) membantu menggunakan pengaruh mereka, (6) memfasilitasi, (7) memberi semangat pada yang lain, (8) menopang tim, dan (9) bertindak sebagai model.
Selain fungsi-fungsi tersebut di atas, maka fungsi lain kepemimpinan  menurut Harbani Pasolong (2013: 30-31), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Fungsi Perintah, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat satu arah kepada yang dipimpinnya. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya kepada orang-orang yang dipimpinya. Pemimpin sebagai komunikator pihak yang menentukan apa, kapan, dimana, dan bagaimana cara melakukan perintah tersebut. Fungsi ini tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mengimplementasikan isi perintah tersebut. Hal ini sejalan dengan pengertian kepemimpinan yaitu kemampuan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah atau keputusan yang telah ditetapkannya.
2.      Fungsi Konsultatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada yang dipimpinnya, meskipun pelaksanaan sangat tergantung pada pihak pemimpin. Ketika pemimpin akan mengambil suatu keputusan biasanya memerlukan beberapa pertimbangan yang mengharuskan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi dapat dilakukan kepada orang-orang tertentu yang diyakini memiliki banyak informasi yang diperlukan dalam mengambil suatu keputusan. Konsultasi dilakukan untuk mendengarkan pendapat dan saran kepada semua unsur penting dalam sebuah organisasi. Fungsi konsultatif dapat diharapkan sumua keputusan yang diambil oleh pemimpin mendapat dukungan dari orang-orang yang dipimpinnya.
3.      Fungsi Partisipatif, yaiu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada yang dipimpinnya, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara pemimpin dan yang dipimpin. Dalam fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakan keputusan. Setiap orang yang ada dalam organisasi mempunyai kesempatan yang sama dalam ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
4.      Fungsi Delegasi, yaitu fungsi pemimpin untuk mendelegasikan wewenang untuk membuat, menetapkan, dan atau melaksanakan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pimpinan. Fungsi ini mengahruskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat didelegasikan kepada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pimpinan pada dasarnya adalah kepercayaan pimpinan kepada bawahannya.
Dari beberpa fungsi kepemimpinan di atas, maka untuk membatasi kajian penelitian ini, Peneliti menggunkan konsep kepemimpinan yang dikemukakan oleh Harbani Pasolong sebagai acuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong. Apabila ke empat konsep fungsi kepemimpinan yang dikemukakan di atas diterapkan oleh seorang pemimpin, maka tujuan organisasi akan tercapai.
2.1.2.3. Kinerja Pegawai
Kata “kinerja” telah menjadi kata yang telah memasyarakat, seringkali istilah kinerja ini, mulai dari media massa, pejabat , pelaku bisnis bahkan sampai masyarakat awam, namun demikian tidak ditemukan defenisi yang definitive tentang kinerja. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.
Pemahaman tentang kinerja (performance) memperlihatkan sampai sejauh mana sebuah organisasi; baik pemerintah, swasta, organisasi laba ataupun nirlaba, menafsirkan tentang kinerja sebagai suatu pencapaian yang relevan dengan tujuan organisasi. Sehingga, terdapat dua asumsi umum tentang titik berangkat pemahaman pengertian kinerja.
Asumsi pertama, pengertian kinerja yang dititikberatkan pada kinerja individu, dalam pengertian sebagai bentuk prestasi yang dicapai individu berdasarkan target kerja yang diembannya atau tingkat pencapaian dari beban kerja yang telah ditargetkan oleh organisasi kepadanya. Asumsi kedua, yaitu; pengertian kinerja yang dinilai dari pencapaian secara totalitas tujuan sebuah organisasi dari penetapan tujuan secara umum dan terperinci organisasi tersebut. Misalnya, pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi dari penjabaran visi dan misi organisasi tersebut.
Sebelum membahas kinerja pegawai, terlebih dahulu Peneliti memberikan definisi kinerja menurut para ahli. Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:231), kinerja adalah suatu kemampuan seseorang dalam melakasanakan kegiatan/pekerjaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Selanjtnya Veithzal Rivai (2006:309), mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.
Kemudian menurut Mahsun (2006:25), kinerja (performance)  sebagai  suatu  gambaran mengenai  tingkat  pelaksanaan  suatu  kegiatan  atau program  atau  kebijakan dalam  mewujudkan  sasaran,  tujuan  misi  dan  visi  organisasi  yang  tertuang dalam strategic planing suatu organisasi.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
Setiap organisasi pada dasarnya telah mengidentifikasi bahwa perencanaan prestasi dan terciptanya suatu prestasi organisasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan prestasi individual para pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi kerja organisasi merupakan hasil dari kerjasama antara pegawai yang bersangkutan dengan organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. untuk mencapai prestasi kerja yang diinginkan, maka tujuan yang diinginkan, standar kerja yang dinginkan, sumber daya pendukung, pengarahan, dan dukungan dari manajer lini pegawai yang bersangkutan menjadi sangat vital. selain itu sisi motivasi menjadi aspek yang terlibat dalam peningkatan prestasi kerja.
Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena itu dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kerja dari pegawainya.  Seperti pengertian kinerja, yang dikemukakan oleh Agus Dharma (1991:105) dalam bukunya Manajemen Prestasi “Kinerja pegawai adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai, prestasi kerja yang diperhatikan oleh pegawai, kemampuan kerja berkaitan dengan penggunaan peralatan kantor”.
Dengan memandang kinerja pegawai sebagai faktor masukan (input) yang paling utama guna meningkatkan kinerja pegawai pada suatu instansi, maka upaya kearah penggunaan kinerja pegawai secara efektif semestinya dilaksanakan oleh instansi. Upaya-upaya penggunaan kinerja pegawai secara efektif ini dapat dilaksanakan melalui berbagai pendekatan seperti pelaksanaan pendidikan, latihan, dan berbagai upaya lainnya.
Setiap organisasi pada dasarnya telah mengidentifikasi bahwa perencanaan prestasi dan terciptanya suatu prestasi organisasi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan prestasi individual para pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi kerja organisasi merupakan hasil dari kerjasama antara pegawai yang bersangkutan dengan organisasi dimana pegawai tersebut bekerja. Untuk mencapai prestasi kerja yang diinginkan, maka tujuan yang diinginkan, standar kerja yang dinginkan, sumber daya pendukung, pengarahan, dan dukungan dari menejer lini pegawai yang bersangkutan menjadi sangat vital. Selain itu sisi motivasi menjadi aspek yang terlibat dalam peningkatan prestasi kerja.
2.2. Alur Pikir
Alur pikir dalam penelitian ini adalah kepemimpinan dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai. Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi pegawai dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk meningkatkan kinerja demi tercapainya tujuan organisasi.
Dalam peningkatan kinerja, kepemimpinan seorang pemimpin sangat besar pengaruhnya. Jika pemimpin dapat memahami keinginan para bawahannya, meberikan kepercayaan pada bawahannya dan mampu menggerakan bawahannya untuk bekerja maka secara otomatis para pegawai akan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Ada empat peran seorang pemimpin yang harus dilakukan untuk memotivasi bawahannya dalam meningkatkan kinerja, hal tersebut sebagaimana menurut Harbani Pasolong (2013:30-31) fungsi kepemimpinan  terdiri dari fungsi perintah, fungsi konsultatif, fungsi partisipatif dan fungsi delegasi.
Dari uraian alur pikir di atas, maka dapat digambarkan proses input dan output pelaksanaan fungsi kepemimpinan dalam hal ini kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong sebagai berikut :

Gambar 2.2.
Alur Pikir

Kepemimpinan Camat Siniu Kabupaten Parigi-Moutong


Fungsi kepemimpinan
1.      Fungsi perintah
2.      Fungsi konsultatif
3.      Fungsi partisipatif
4.      Fungsi delegasi
Harbani Pasolong (2013:30-31)

Peningkatan kinerja pegawai
 


















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tipe dan Dasar Penelitian
3.1.1.  Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2003 : 54), metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia suatu suatu objek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa akan sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskriptif gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang disediakan, menyangkut fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
3.1.2. Dasar Penelitian
Dasar penelitian adalah kualitatif. Menurut Sugiyono (2011:9), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai fungsi kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong.
3.2. Definisi Konsep
Mengacu pada variabel dalam penelitian ini, Peneliti akan memberikan definisi konsep berdasarkan teori yang dijadikan acuan terkait dengan kepemimpinan. Kepemimpinan dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan Camat memepengaruhi pegawai sehingga dengan perananya sebagai pemimpin dapat diikuti pola tindak, arahan berdasarkan aturan/norma yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan efektifitas dalam suatu organisasi. Adapun yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui pelaksanaan kepemimpinan Camat dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi-Moutong yaitu konsep kepemimpinan menurut Harbani Pasolong (2013: 30-31), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Fungsi Perintah
Camat sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pegawai dengan cara memberikan dorongan dan motivasi untuk senantiasa melaksanakan tugas dan fungsinya.
2.      Fungsi Konsultatif
Camat berkonsultasi kepada bawahan yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dan mengetahui banyak informasi apabila Ia akan mengambil keputusan.

3.      Fungsi Partisipatif
Camat memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut serta dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakan keputusan.
4.      Fungsi Delegasi
Camat mendelegasikan wewenang kepada pegawai yang dipercayainya, dalam artian memberikan kepercayaan kepada bawahannya untuk mengambil alih kepemimpinannya apabila Ia tidak berada di tempat.
3.3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui proses wawancara dengan informan. data sekunder bersumber pada dokumen dan foto-foto yang dapat dipergunakan sebagai pelengkap.
3.4. Sumber Data
1)   Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah arsip yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dan dokumen dari berbagai sumber resmi, antara lain surat keputusan, peraturan perundangan, laporan penelitian, data statistik, data kelembagaan (pemerintah dan lembaga lainnya), baik yang terpublikasi maupun yang tidak terpublikasi, dokumen berupa foto-foto, serta naskah-naskah penting lainnya sebagai bahan acuan untuk mendiskripsikan fenomena penelitian.
2)      Sumber data primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui informan. Informan dalam penelitian ini merupakan orang yang dipandang mengetahui dan mengerti dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat memberikan data yang diperlukan dan dapat dipercaya kebenarannya.  
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 Orang yang masing-masing terbagi atas : Sekretaris Kecamatan, Staf dan pegawai dengan rincian sebagai berikut :
1.        Sekretaris Kecamatan                      : 1 Orang
2.        Staf                                                  : 3 Orang
3.         Pegawai                                            : 3 Orang
Jumlah                                               7 Orang
Informan ditentukan secara purvosive. Menurut Burhan Bungin (2011:107) Purposive adalah salah satu strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.




3.5.       Tekni k Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar dalam memperoleh data yang diperlukan dan memiliki hubungan antara metode pengumpulan data dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.
2.      Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab antara si peneliti dan Informan.
3.      Dokumentasi
Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui wawanvara, dan observasi. Data yang diperoleh dari dokumentasi terdiri atas berbagai tulisan dan rekaman, seperti buku pedoman, laporan resmi, catatan harian, notulen rapat, dan sejenisnya.



3.6.      Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengumpulakan data dalam penelitian. Instrumen penelitian merupakan perangkat untuk menggali data primer dari Responden sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini Peneliti sendiri adalah instrumen penelitian, dimana ia menggunakan alat indra untuk memahami obyek yang diteliti dengan dukungan panduan wawancara (interview guide), pedoman observasi (observation guide) dalam kegiatan observasi.
3.7.      Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain Sugoyono (2008: 334).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif, yaitu analisis yang dilakukan dalam bentuk interaksi dari ketiga komponen. Tiga komponen yang dimaksud adalah reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Menurut Sugiyono (2008:337), Analisis data dalam penelitian ini bersifat induktif dan deduktif yang akan disajikan dalam bentuk deskriptif. Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen penting, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.
Adapun bagan analisis interaktif menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.1.
Analisis interaktif

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan kesimpulan atau verivikasi
 

Miles dan Huberman (1984). (Dalam Sugiyono, 2008:147)
3.8.      Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Kecamatan Siniu Kabupaten Prigi-Moutong, alasan Peneliti memilih lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah asal Peneliti sehingga mudah dijangkau oleh waktu, tenaga, maupun biaya.
3.9.      Waktu dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam kurun waktun selama 3 (tiga) dan selambat-lambatnya 6 (enam bulan) dengan rincian jadwal sebagai berikut :

Tabel 2.1.
Waktu dan Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
A.    Buku
Agus Dharma, 1991. Manajemen Supervisi Petunjuk Praktis Bagi Supervisor. Penerbit PT. Raja. Grafindo Persada. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana.

Danim, Sudarman 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Kartono, Kartini, 2001. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik,. Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Martinis Yamin dan Maisah. 2010. Kepemimpinan dan manajemen masa depan. Bogor: IPB Press.

Miftah Thoha, 2010. Kepemimpinan dalam manajemen. Rajawali pers. Jakarta.

Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, UGM Press,Yogyakarta.

Pasolong, Harbani, 2013. Kepemimpinan Birokrasi. Cetakan Ketiga. ALFABETA, Bandung.

Rivai,Veithzal. 2006.Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi 2. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta, Bumi Aksara.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.

Syamsi, Ibnu. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahjosumidjo, 2005. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia : Jakarta.

B.     Dokumen
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahn 2008 Tentang Kecamatan.

C.    Sumber Lain
Skripsi. Siti Hartina 2008, dengan judul Skripsi “Hubungan Kepemimpinan Camat Dengan Motivasi Kerja Pegawai di Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong”. Fisip. Untad.
Skripsi. Abdul Karim 2009, dengan judul analisis kepemimpinan Lurah Pada Kantor Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Fisip Untad.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROPOSAL PERMOHONAN DANA PENYELESAIAN STUDI AKHIR

PROPOSAL KEGIATAN PROGRAM KERJA KKN PERMOHONAN DANA BANTUAN

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH (MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI KANTOR KELURAHAN TONDO)